Peninggalan Sejarah Jadi Bakar Sampah

Kota Palembang termasuk salah satu kota penuh sejarah perjuangan melawan penjajah Belanda. Nilai historis terlihat dari beberapa monumen bersejarah di kota dengan icon Jembatan Ampera ini. Selain benteng Kuto Besak, di Palembang juga terdapat Monumen Perjuangan Rakyat dan Monumen Pertempuran Lima Hari Lima Malam. Pantauan Tribun Sumsel Kamis (7/11), tempat di mana Monumen Pertempuran Lima Hari Lima Malam berdiri. Monumen yang terletak di sisi kiri Jembatan Ampera ini terbangun dengan perjuangan pahlawan, kini keadaan monumen tidak terurus. Dinding monumen telah kusam, penuh coretan, bau pesing dan tidak terawat. Kondisi sekitar monumen kotor penuh dengan sampah. Mirisnya menjadi tempat bakaran sampah di belakang Monumen Pertempuran Lima Hari Lima Malam serta lahan berjualan oleh warga sekitar. Monumen ini tertutup dengan pohon besar, tidak ada lampu hias jika malam dan tidak ada perawatan sama sekali oleh pemerintah. Dalam sejarah Pertempuran Lima Hari Lima Malam merupakan upaya yang dilakukan Pasukan TRI, Lasykar dan Rakyat untuk mempertahankan kemerdekaan di Kota Palembang. Terjadi pada tanggal 1 Januari 1947 sampai 5 Januari 1947, dalam pertempuran itu, pihak lawan menguasai udara dan perairan (air and sea superioritary). Karena superioritas itulah mereka dapat bertahan dan disinilah pula terletak kelemahan kita serta tidak mempunyai perhubungan yang modern. Pertempuran tiga matra dan perang terbesar dan terlengkap yang pertama kali kita alami. Namun pihak kita hingga akhir pertempuran masih dapat bertahan berkat semangat pengorbanan jiwa, jihad dan patriotisme yang besar dari para pejuang dan rakyat. Teguh warga sekitar yang melintas, mengatakan, monumen ini kurang perawatan. Pahlawan yang telah susah payah membuat monument tersebut, dengan mengorbankan nyawa mereka. Bahkan setiap tanggal 17 Agustus pun tidak ada perawatan oleh pemerintah. “ Wisatawan domestik ada yang berkunjung ke monument tersebut, bahkan mereka membersihkan monumen. Seharusnya pemerintah malu, jika melihat wisatawan yang membersihkan, “ katanya. Berbeda dengan Fransiska, karyawan rumah sakit swasta mengatakan, tidak mengetahui keberadaan monumen bersejarah tersebut. Seharusnya, pemerintah melakukan perawatan untuk peninggalan sejarah yang ada di Palembang. “ Peranan pemerintah harus berperan aktif menjaga peninggalan sejarah. Jangan dibiarkan saja, karena perjuangan para pahlawan begitu besar sampai mati. Dan pemerintah harus mensosialisasikan kepada masyarakat dengan caranya sendiri, agar masyarakat tau letak monument tersebut, “ kata kaka.

0 komentar:

Posting Komentar

desain dan isi milik Bonaventura @Right 2008. Diberdayakan oleh Blogger.